Jumat, 22 Juni 2012

ILMU TASAWUF THAREQAT DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA

Ulin Na'mah



THAREQAT DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA

1.Pengertian Thareqat
Asal kata tarekat dalam bahasa Arab ialah “thariqah”yang berarti jalan, keadaan, aliran atau garis pada sesuatu. Tarekat adalah jalan yang di tempuh para sufi. Dapat pula di gambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebab jalan utama disebut syar, sedangkan anak jalan disebut thariq. Kata turunan ini menunjukkan bahwa menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum ilahi, tempat berpijak bagi setiap muslim. Tak mungkin ada jalan anak bila tidak ada jalan utama tempat berpangkal, pengalaman mistik tak mungkin didapat bila perintah syariat yang mengikat itu tidak ditaati.
Menurut Harun Nasution, tarekat berasal dari kata thariqah, yang artinya jalan yang harus di tempuh oleh seorang calon sufi agar ia berada sedekat mungkin dengan Allah. Tiap tarekat mempunyai syeikh, upacara ritual, dan bentuk dzikir sendiri. Sejalan dengan ini, Martin Van Bruinessen menyatakan istilah tarekat paling tidak di pakai untuk dua hal yang secara konseptual berbeda. Maknanya yang asli merupakan panduan yang khas dari doktrin, metode dan ritual. Akan tetapi, istilah ini pun sering di pakai untuk mengacu pada organisasi yang menyatukan pengikut-pengikut jalan tertentu, di timur tengah, istilah “taifah” terkadang lebih di sukai untuk organisasi, sehingga lebih mudah untuk membedakan antara yang satu dengan yang yang lain. Akan tetapi di Indonesia kata tarekat mengacu pada keduanya.

2. Hubungan Tarekat Dengan Tasawuf
Tasawuf secara umum adalah usaha untuk mendekatkan diri pada Allah sedekat mungkin, melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah. Usaha mendekatkan diri ini biasanya dilakukan dibawah bimbingan seorang guru/syekh. Ajaran-ajaran tasawuf yang harus ditempuh untuk mendekatkan diri itu kepada Allah merupakan hakikat tarikat yang sebenarnya . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat itu adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah. Dengan gambaran ini menunjukan bahwa tarekat adalah tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa variasi tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang diberikan seorang guru kepada muridnya.

3. Sejarah Timbulnya Tarekat
Peralihan tasawuf yang bersifat personal pada tarekat yang bersifat lembaga tidak terlepas dari perkembangan dan perluasan tasawuf itu sendiri, semakin luas pengaruh tasawuf semakin banyak pula orang yang berhasrat mempelajarinya. Mereka menemui orang yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas dalam pengalaman tasawuf yang dapat menuntun mereka. Belajar dari seorang guru dengan metode mengajar yang disusun berdasarkan pengalaman dalam suatu ilmu yang bersifat praktikal adalah suatu keharusan bagi mereka. Seorang guru tasawuf biasanya memang memformulasikan suatu sistem pembelajaran tasawuf berdasarkan pengalaman sendiri. Sistem pengajaran itulah yang kemudian menjadi ciri khas bagi suatu tarekat yang membedakannya dari tarekat yang lain.
Di tinjau dari historisnya, kapan dan tarekat mana yang mula-mula timbul sebagai suatu lembaga sulit di ketahui dengan pasti. Namun, Harun Nasution menyatakan bahwa setelah Al-Ghazaali menghalalkan tasawuf yang sebelumnya di katakanya sesat. Tasawuf berkembang di dunia Islam melalui tarekat. Tarekat adalah suatu organisasi dari pengikut sufi-sufi besar yang bertujuan untuk melestarikan ajaran-ajaran tasawuf gurunya. Tarekat ini memakai suatu tempat pusat kegiatan yang di sebut Ribat (disebut juga Zawiyah atau Pekir). Ini merupakan tempat para murid berkumpul melestarikan ajaran tasawufnya, ajaran tasawuf walinya dan syeikhnya.
Organisasi serupa mulai timbul pada abad XII M. tetapi baru tampak perkembangannya pada abad-abad berikutnya. Di samping untuk pria, ada juga untuk wanita, tetapi tidak berkembang dengan baik seperti tarekat untuk pria.
Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu Khurasan (Iran) dan Mesopotamia (Irak). Pada periode ini mulai timbul beberapa tarekat, di antaranya :
  1. Tarekat Yasaviah, yang didirikan Ahmad Al Yasavi (wafat 562H/ 1169M) dan disusul oleh tarekat Khawajagawiyah yang disponsori oleh Abd Al-Khalik Al-Ghuzdawwani (wafat 617 H/1220 M). Kedua tarekat ini menganut paham tasawuf Abu Yazid Al-Bustami (wafat 425H/ 1034M) dan dilanjutkan oleh Abu Al-Farmadhi (wafat477 H / 1084 M) dan Yusuf bin Ayub Al-Hamdani (wafat 535 H/ 1140M).
  2. Tarekat Naqsabandiyah, yang didirikan oleh Muhammad Bahaudin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Buqhari (wafat 1389 M) di Turkistan. Dalam perkembangannya tarekat ini menyebar ke Anatolia (Turki) kemudian meluas ke Indonesia dan India dengan berbagai nama baru yang disesuaikan dengan pendirinya di daerah tersebut, seperti tarekat Khalidiah, Muradiyah, Mujaridiyah, dan Ahsaniah.
  3. Tarekat Khalwatiah yang didirikan oleh Umar Al-Khalwati (wafat 1397 M) tarekat ini adalah salah satu terekat yang terkenal dan berkembang di berbagai negeri seperti Turki, Syiria, Mesir, Hijaz, dan Yaman.
  4. Tarekat Safawiyah yang didirikan oleh Safiyudin Al-Ardabiyu (wafat 1334 M).
  5. Tarekat Bayramiah yang didirikan oleh Hijji Bairan (wafat 1430 M).

Didaerah Mesopotamia masih banyak tarekat yang muncul dalam periode ini dan cukup terkenal, tetapi tidak termasuk rumpun Al-Junaidi.
Tarekat-tarekat ini antara lain adalah:
  1. Tarekat Qadariyah yang diberikan oleh Muhy Ad-Din Abd Al-Qadir Al-Jailani (471 H / 1078 M)
  2. Tarekat Syadziliyah yang dinisbatkan kepada Nur Ad-Din Ahmad Asy-Syadzili (593 – 656 H / 1196 – 1258 M)
  3. Tarekat Rifa’iyah yang didirikan oleh Ahmad bin Ali Ar-Rifa’i (1106 – 1182 M)
Karena banyaknya cabang tarekat yang timbul dari tiap-tiap tarekat induk, sulit bagi kita untuk menelusuri sejarah perkembangan tarekat itu secara sistematis dan konsepsional. Akan tetapi, yang jelas sesuai dengan penjelasan Harun Nasution, cabang-cabang itu muncul sebagai akibat tersebarnya alumni suatu tarekat yang mendapat ijazah tarekat dari gurunya untuk membuka perguruan baru sebagai perluasan dari ilmu yang diperolehnya. Alumni tadi meninggalkan ribat gurunya dan membuka ribat guru di daerah lain. Dengan cara itu, dari satu ribat induk kemudian timbul ribat cabang. Dari ribat cabang tumbuh ribat ranting dan seterusnya sampai tarekat itu berkembang keberbagai dunia Islam.

  1. Pengaruh Tarekat Di Dunia Islam
Dalam perkembangannya, tarekat-tarekat itu bukan hanya memusatkan perhatian kepada tasawuf ajaran-ajaran gurunya, tetapi juga mengikuti kegiatan politik. Umpamanya tarekat Tijaniyah yang dikenal dengan gerakan politik yang menentang penjajahan Perancis di Afrika Utara, Sanusiyah menentang penjajahan Italia di Libia, Ahmadiayah menentang orang-orang salib yang datang ke Mesir. Jadi, sungguh pun mereka memusatkan perhatian kepada akhirat, mereka pun ikut bergerak menyelamatkan umat Islam dari bahaya yang mengancamnya.
Tarekat mempengaruhi dunia Islam mulai dari abad ke-13. kedudukan tarekat pada saat itu sama dengan parpol (partai politik). Bahkan banyak tentara juga yang menjadi anggota tarekat. Penyokong tarekat Bektashi, umpamanya adalah tentara Turki. Oleh karana itu saat tarekat dibubarkan oleh Sultan Mahmud II, tentara Turki yang disebut Jenissari menentangnya. Jadi, tarekat tidak hanya bergerak dalam persoalan agama tetapi juga bergerak dalam persoalan dunia yang mereka pikirkan.
Tarekat-tarekat keagamaan meluaskan pengaruh dan organisasinya keseluruh pelosok negeri, menguasai masyarakat melalui suatu jenjang yang terancang dengan baik, dan memberikan otonomi kedaerahan seluas-luasnya. Setiap desa atau kelompok desa ada wali lokalnya yang didukung dan dimuliakan sepanjang hidupnya, bahkan dipuja dan diagung-agungkan setelah kematiannya.
Disamping itu, tarekat umumnya hanya berorientasi akhirat, tidak mementingkan dunia. Tarekat menganjurkan banyak beribadah dan jangan mengikuti dunia ini karena “Dunia ini adalah bangkai dan yang mengejar dunia adalah anjing”. Ajaran ini tampaknya menyelewengkan umat Islam dari jalan yang harus ditempuhnya. Demikian juga sifat tawakal, menunggu apa saja yang akan datang, Qada dan Qadar yang sejalan dengan paham Asy’ariyah. Para pembaharu dalam dunia Islam melihat bahwa tarekat bukan hanya mencemarkan paham tauhid, tetapi juga membawa kemunduran bagi umat Islam. Bahkan Schimmel menyatakan tarekat-tarekat sufi yang muncul dari kebutuhan merohanikan Islam akhirnya menjadi unsur yang menyebabkan kemandegan orang-orang Islam.
Oleh karena itu, pada abad ke-19 mulailah timbul pemikiran yang sinis terhadap tarekat dan juga terhadap tasawuf. Banyak orang yang menentang dan meninggalkan tarekat/tasawuf.
Akan tatapi, akhir-akhir ini pemerhatian kapada tasawuf timbul kembali karena dipengaruhi oleh paham materialisme.


BAB II
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulakan, tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah sedangkan tarekat itu adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Adapun pengaruh tarekat di Dunia Islam bukan hanya memusatkan perhatian kepada tasawuf ajaran-ajaran gurunya, tetapi mengikuti kegiatan politik juga, seperti partai politik.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihon, dkk. 2000. Ilmu Tasawuf. Bandung: CV.Pustaka Setia.
Nasution, Harun. 1986. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid II. Jakarta: UI-Press.
Van Bruinessen, Martin. 1994. Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia. Bandung: Mizan.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda