Senin, 01 April 2013

Komponen-Komponen Kurikulum


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kurikulum merupakan bagian penting dalam dunia pendidikan. Kurikulum merupakan suatu pedoman dalam merencanakan pembelajaran, kurikulum juga dijadikan sebagai acuan pendidikan baik oleh pengelola maupun oleh penyelenggara pendidikan. Pendidikan di Indonesia tidak akan berjalan tanpa adanya kurikulum, karena proses pembelajaran yang berlangsung pada pendidikan bergantung dan berpedoman pada kurikulum tersebut.
Kemajuan dalam dunia global, khususnya dunia pendidikan mengharuskan adanya suatu sistem pendidikan yang dapat menyesuaikan diri dengan kemajuan di dunia pendidikannya itu sendiri. Kurikulum yang menjadi pedoman bagi sistem pendidikan pun harus dapat lebih baik dan dapat memajukan pendidikan di Indonesia.
Penyebab dari kemunduran dalam pendidikan beberapa tahun terakhir ini salah satunya di sebabkan karena kurikulum yang mungkin sudah sesuai namun tidak didukung oleh komponen – komponen di dalamnya. Setiap satuan pendidikan yang harus dapat mengimplementasikan kurikulum ini juga bisa di jadikan sebagai salah satu sebab dari gambaran kemunduran di dunia pendidikan.
            Komponen – komponen yang ada dalam kurikulum merupakan hal yang penting dan tanpa ada komponen tersebut maka kurikulum tersebut tidak dapat berjalan. Lalu apa saja komponen-komponen dalam kurikulum tersebut? Serta seberapa berpengaruhnya komponen kurikulum terhadap penetapan kurikulum saat ini.



B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Kurikulum ?
2.      Apa saja Komponen-komponen kurikulum?
3.      Jelaskan Komponen-komponen yang ada dalam kurikulum?


C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian Kurikulum.
2.      Untuk mengetahui Komponen-komponen kurikulum.
3.      Untuk mengetahui secara jelas dan mendalam tentang komponen-komponen yang ada dalam kurikulum.


BAB II
PEMBAHASAN
KOMPONEN – KOMPONEN KURIKULUM

            Komponen – komponen dalam kurikulum sangat mempengaruhi kualitas dari kurikulum tersebut. Berikut ini akan di jelaskan beberapa komponen – komponen kurikulum menurut para ahli dari berbagai sumber :
Dalam buku "Belajar dan Pembelajaran" karangan Dr.Dimyati dan Drs. Mudjiono terdapat empat komponen kurikulum yang terdiri-dari, tujuan, materi/ pengalaman belajar, organisasi dan evaluasi. Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat kurikulum mempunyai lima komponen penting yaitu Tujuan, materi, strategi pembelajaran, organisasi kurikulum, dan evaluasi. Berikut akan di jelaskan beberapa komponen – komponen penting dalam kurikulum :
A.    Tujuan
Tujuan dalam kurikulum dijadikan sebagai acuan atau arahan dari segala kegiatan pendidikan yang dijalankan. Berhasil atau tidaknya program pengajaran disekolah dapat diukur dari seberapa jauh dan seberapa banyak pencapaian tujuan – tujuan tersebut. Ada dua tujuan yang terdapat dalam sebuah kurikulum sekolah, yaitu sebagai berikut :
a.      Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan
Tujuan ini biasanya meliputi aspek – aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai – nilai yang di harapkan oleh para lulusan sekolah yang bersangkutan. Oleh karena itu tujuan ini disebut sebagai tujuan institusional atau tujuan kelembagaan.
b.      Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang study
Baik tujuan kurikulum maupun tujuan instruksional juga mencakup asepek – aspek  pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diharapkan dimiliki anak setelah mempelajari setiap bidang study dan pokok bahasan dala proses pengajaran.[1]
Sedangkan Tujuan dari pendidikan itu sendiri menurut Hummel (Uyoh Sadulloh, 1994) bahwa tujuan pendidikan secara universal akan menjangkau tiga jenis nilai utama yaitu:
  1. Autonomy; gives individuals and groups the maximum awarenes, knowledge, and ability so that they can manage their personal and collective life to the greatest possible extent.
  2. Equity; enable all citizens to participate in cultural and economic life by coverring them an equal basic education.
  3. Survival ; permit every nation to transmit and enrich its cultural heritage over the generation but also guide education towards mutual understanding and towards what has become a worldwide realization of common destiny.)
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa : ” Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik, selanjutnya dijabarkan kedalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
  1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
  2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan.[2]
Mengutip dari beberapa ahli, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) memberikan gambaran spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai pada tujuan pembelajaran, yakni :
  1. Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh peserta didik, dengan : (a) menggunakan kata-kata kerja yang menunjukkan perilaku yang dapat diamati; (b) menunjukkan stimulus yang membangkitkan perilaku peserta didik; dan (c) memberikan pengkhususan tentang sumber-sumber yang dapat digunakan peserta didik dan orang-orang yang dapat diajak bekerja sama.
  2. Menunjukkan perilaku yang diharapkan dilakukan oleh peserta didik, dalam bentuk: (a) ketepatan atau ketelitian respons; (b) kecepatan, panjangnya dan frekuensi respons.
  3. Menggambarkan kondisi-kondisi atau lingkungan yang menunjang perilaku peserta didik berupa : (a) kondisi atau lingkungan fisik; dan (b) kondisi atau lingkungan psikologis.
Upaya pencapaian tujuan pembelajaran ini memiliki arti yang sangat penting. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran pada tingkat operasional ini akan menentukan terhadap keberhasilan tujuan pendidikan pada tingkat berikutnya. Terlepas dari rangkaian tujuan di atas bahwa perumusan tujuan kurikulum sangat terkait erat dengan filsafat yang melandasinya.
Saling hubungan diantara faktor-faktor dengan
Filsafat pengembangan kurikulum

 


B.     Materi (isi) Pembelajaran
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan.  Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang study yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang study tersebut.
Isi program suatu bidang yang diajarkan sebenarnya adalah isi kurikulum itu sendiri, atau ada juga yang menyebutnya sebagai silabus. Silabuis biasanya dijabarkan kedalam bentuk pokok bahasan dan sub pokok bahasan, serta uraian bahan pelajaran. Uraian bahan pelajaran ini yang dijadikan dasar pengambilan bahan dalam setiap kegiatan belajar mengajar dikelas oleh pihak guru. Pengambilan pokok bahasan dan sub pokok bahasan di dasarkan pada tujuan intruksional.[3]
Materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk :
  1. Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan – hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
  2. Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
  3. Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
  4. Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
  5. Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
  6. Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
  7. Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi.
  8. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
  9. Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya.
  10. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Materi pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja untuk mendukung penguasaan suatu kompetensi. Materi pembelajaran atau kompetensi yang lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian atau sub-sub kompetensi yang lebih kecil dan obyektif. Jika dilihat dari filsafat yang melandasi pengembangam kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan materi pembelajaran. Misalnya pada filsafat progresivisme lebih memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik.  Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan tentang alam.
Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, penentuan materi pembelajaran dan silabus diserahkan sepenuhnya kepada setiap satuan pendidikan, khususnya bagi yang sudah mampu melakukannya. Oleh karena itu setiap satuan pendidikan diberi kebebasan dan keleluasaan dalam mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing.[4]
C.    Strategi Pembelajaran
Masalah strategi pelaksanaan dapat dilihat dalam cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaran, penilaian, bimbingan dan konseling, pengaturan kegiatan sekolah secara keseluruhan, pemilihan metode pengajaran, alat atau media pengajaran, dan sebagainya.[5]
Strategi pembelajaran adalah pola umum untuk mewujudkan proses belajar mengajar. Secara operasional strategi pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh dosen (pengajar) untuk memberikan kemudahan bagi siswa (peserta didik) melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembalajaran. Suatu strategi pembelajaran meruoakan suatu sistem menyeluruh yang terdiri dari lima variabel yakni tujuan pembelajaran, materi pelajaran, metode dan tekhnik mengajar, siswa/mahasiswa, guru/tenaga kependidikan lainnya, dan logistik/unsur penunjang.[6]
Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaan, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbiungan dan mengatur kegiatan, baik yang secara umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.
Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana kurikulum itu dilaksanakan disekolah. Kurikulum merupakan rencana, ide, harapan, yang harus diwujudkan secara nyata disekolah, sehingga mampu mengantarkan anak didik mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang baik tidak akan mencapai hasil yang maksimal, jika pelaksanaannya menghasilkan sesuatu yang baik bagi anak didik. Komponen strategi pelaksanaan kurikulum meliputi pengajaran, penilaian, bimbingan dan penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah.[7]
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam suatu proses pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan materi dan tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme yang menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika kelompok.
 Dilihat dari penjelasan mengenai strategi pembelajaran diatas, mungkin strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru merupakan salah satu factor yang dapat menghadapi berbagai permasalahan yang ada di Indodesia salah satu permasalahan yang dihadapi adalah pendidikan.
Pemerataan pendidikan yang terlihat dengan meningkatnya jumlah warga masyarakat yang terlibat dalam kegiatan persekolahan merupakan hasil nyata pembangunan pendidikan pada 25 tahun pertama pebangunan Nasional. Namun peningkatan kuantitas tersebut masih harus diimbangi dengan hasil nyata dari meningkatkan mutu proses maupun mutu hasil pendidikan.
Pada masa pembangunan nasional tahap kedua beragam permasalahan akan dihadapi oleh bangsa Indonesia, baik yang berasal dari warisan permasalahan saat ini maupun maupun permasalahan bar sebagai dampak dari melesatnya iptek. Sangat wajar bila banyak harapan ditumpukan pada sector pendidikan (termasuk pada sector pendidikan tinggi) agar mampu memberikan sesuatu yzng dapat mengantisipasi dan masalah hidup dan kehidupan bangsa di masa itu.
Sementara itu berbagai masalah dan kendala dihadapi pendidikan tinggi di saat ini dan beberapa diantaranya akan tetap menjadi permasalahan di masa dating. Namun sudah waktunya pendidikan tinggi membuat berbagai inofasi. Ia (pendidikan tinggi) harus lebih mengacu pada mutu, mampu menempatkan diri dalam masyarakat, menjadi bagian darinya dengan itu ia mampu berdiri sendiri (otonom). Ia harus memprioritaskan pada upaya-upaya untuk menciptakan kondisi lingkungan pendidikan yang merangsang tumbuhnya kemampuan dan kemauan mahasiswa dan dosen untuk terus menerus membelajarkan diri sendiri dalam meningkatkan mutu mereka sebagai daya manusia. Karena kata kunci untuk menjawab tantangan masa dating adalah peningkatan sumber daya manusia dan perguruan tinggi dengan misinya khusus dituntut untuk mempu memikul tanggung jawab itu.
Sehingga dalam hal ini strategi dalam pembelajaran memainkan peran yang sangat penting. Karena secara tidak langsung ia (strategi pembelajaran) sangat berpengaruh dalam menghdapi permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.[8]
D.    Komponen Media
Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran. Media merupakan perantara untukmenjabarkan isi kurikulum agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik. Oleh karena itu, pemanfaatan dan pemakaian media dalam pengajaran secara tepat terhadap pokok bahasan yang disajikan kepada peserta didik akan mempermudah peserta didik dalam menaggapi, memahami isi sajian guru dalam pengajaran. Dengan perkataan lain, ketepatan pemilihan media yang digunakan guru akan membantu kelancaran dalam pencapaian tujuan pengajaran.
E.     Komponen Proses Belajar-Mengajar
Komponen ini sangat penting dalam system pengajaran, sebab diharapkan melalui proses belajar-mengajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri peserta didik . Keberhasilan pelaksanaan proses belajar-mengajar merupakan indicator keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu, dalam proses belajar-mengajar guru dituntut untuk menciptakan suasana pengajaran yang kondusif, sehingga memungkinkan dan mendorong peserta didik untuk secara leluasa mengembangkan kreativitasnya dengan bantuan guru.
 

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan

Kurikulum merupakan sesuatu yang dijadikan suatu alat untuk mencapai tujuan dalam pendidikan, yang meliputi perencanan atau pengaturan tentang bahan, isi, Alokasi Waktu dan Tujuan sebagai proses pendidikan. Dan kurikulum tersebut  dijadikan pedoman dalam pembelajaran.
Untuk mencapai tujuan dari pendidikan dengan melewati jalur kurikulum tentunya ada beberapa yang harus dipahami mengenai kurikulum yaitu komponen-kompenen dalam kurikulum. diantaranya yaitu komponen tujuan, komponen isi atau materi pembelajaran, komponen strategi pembelajaran, komponen media dan komponen proses belajar-mengajar.

B.     Saran
Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Menurut pepatah pengalaman adalah guru yang paling baik, untuk itu penulis masih dalam penjajahan pengalaman terutama dalam masa pembelajaran yang masih rentan dengan kesalahan. Dari kesalahan tersebut penulis mulai belajar akan berartinya suatu pengalaman. Sehingga penulis harap saran-sarannya dari pembaca demi keadaan yang lebih baik dari yang sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Nurgiyanto, Burhan. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: BPFE
Mulyasa.2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosdaya
Syarif , Hamid. 1993. Pengembanagan kurikulum. Pasuruan: garoeda buana indah
Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II. 1994. Kurikulum untuk abad ke-2. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Hamalik, Oemar.2007. Manajemen pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset
Sukmadinata,  Nana S. 2002. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Syaodih Sukmadinata, Nana. 2012. Pengembangan kurikuum teori dan praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


[1] Burhan Nurgiyanto, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, BPFE Yogyakarta, hal.10
[2] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponen-komponen-kurikulum/
[3] Burhan Nurgiyanto, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, BPFE Yogyakarta, hal.10
[4] Dr.E mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,Rosdaya,Bandung,Hal.191
[5] Burhan Nurgiyanto, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, BPFE Yogyakarta, hal.11
[6] Oemar Hamalik, manajemen Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT Rosda, hal.162
[7] Hamid syarif. Pengembanagan kurikulum Pasuruan: garoeda buana indah, 1993
[8]  Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II. Kurikulum untuk abad ke-2. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1994

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda